Belum lama ini saya menemukan pertanyaan menarik pada sebuah utas di X (dulu Twitter). Sebuah akun perencana keuangan ditanya: Apa DPLK yang bagus dan direkomendasikan?
Saya jadi sedikit berfikir juga. Apa ya DPLK terbaik (kalo ada) saat ini?
Apa itu DPLK?
Buat teman-teman yang belum familiar dengan istilahnya, DPLK merupakan singkatan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
DPLK adalah lembaga pengelola dana pensiun yang didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa.
(Tapi berdasarkan undang-undang yang baru, mungkin tidak lama lagi akan muncul DPLK yang dibentuk bukan oleh bank/perusahana asuransi).
Peserta DPLK bisa kolektif (didaftarkan oleh perusahaan) maupun perorangan (mandiri).
Siapa saja perlu DPLK?
Para pekerja formal lebih beruntung karena minimal sudah menyetor 5,7% dari penghasilan bulanannya untuk Jaminan Hari Tua (JHT) dan sebanyak 3% untuk Jaminan Pensiun (JP) lewat BPJS Ketenagakerjaan.
Nah, kalo teman-teman mau mengumpulkan dana buat pensiun lebih besar lagi maka ikut DPLK adalah salah satu pilihannya.
Terus siapa lagi perlu DPLK?
Karena DPLK ini menerima peserta perorangan (individu) salah satu target pesertanya adalah menyasar pekerja di sektor informal.
Atau mereka yang berwirausaha, pekerja mandiri, termasuk juga pekerja bebas (freelancer).
Bahkan petani dan nelayan bisa punya dana pensiun.
Jadi, siapa pun yang belum punya tabungan pensiun pada dasarnya bisa mulai mengumpulkannya lewat DPLK.
Keuntungan jadi peserta DPLK
Yang paling utama kelebihan DPLK ada di insentif perpajakan.
Iuran yang kita setor dapat mengurangi pajak penghasilan pribadi (PPh 21) dan hasil investasinya juga bebas pajak.
Kemudian, meski dalam kondisi tertentu bisa saja saldo yang ada di rekening DPLK ditarik sebagian, namun iuran yang sudah kita setor menurut aturannya akan “dikunci” hingga usia pensiun tiba.
Terus untungnya dimana?
Karena nabung buat pensiun ini bisa 20-30 tahun lamanya, menurut saya makin sulit diambil justru makin bagus.
Jadi duitnya sulit “diganggu” kebutuhan lain yang bisa saja muncul sebelum masa pensiun datang.
Tujuan mengumpulkan dana pensiun adalah agar kita punya dana untuk biaya hidup di hari tua, bukan untuk menyambung hidup saat usia produktif.
Sederhana dan mudah, iuran mulai dari seratus
Ada DPLK yang hanya menyediakan 2-3 pilihan investasi saja. Paket A, B, dan C. Dan kita diminta memilih dari yang sedikit tersebut.
Sederhana bukan?
Saya membayangkan, nyari duitnya saja kita sudah repot, jadi kalo bisa urusan nabung buat pensiun jangan susah-susah prosesnya.
Kenapa harus mudah? Karena nggak semua orang memiliki pengetahuan (dan punya waktu untuk belajar) soal produk keuangan yang rumit.
Saat ini, saya melihat DPLK sangat cocok buat yang pengin investasi hari tua tapi maunya yang mudah dan simpel.
Apalagi sekarang mulai dari proses pendaftaran, bayar iuran, hingga pencairan manfaat pensiunnya sudah ada yang seluruhnya lewat app.
Tanpa perlu datang ke kantor asuransi atau kantor cabang bank yang sudah ditunjuk.
Selain itu, kita juga sudah bisa menjadi peserta DPLK dengan iuran bulanan mulai dari seratus ribu.
Ada DPLK apa saja?
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (Feb 2024), saat ini terdapat 24 DPLK konvensional dan 1 DPLK syariah.
Ya, cukup banyak pilihannya.
Meski begitu, dari dua puluhan DPLK yang ada tadi ternyata nggak semuanya menerima peserta individu.
Sebagian DPLK hanya melayani peserta kelompok (perusahaan), baik untuk Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) maupun Dana Kompensasi Pasca Kerja (DKPK).
Atau kalo pun individu bisa menjadi peserta, tapi proses pendaftarannya masih ribet. Masih harus mengisi formulir berlembar-lembar secara manual.
Untuk peserta individu
Dari hasil penelusuran saya, berikut ini adalah beberapa DPLK yang menerima peserta perorangan:
- DPLK Indolife Pensiontama
- DPLK PT. BPD Jawa Barat dan Banten
- DPLK Bank Rakyat Indonesia
- DPLK PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
- DPLK PT BPD Jawa Tengah
- DPLK Simas Jiwa
- DPLK AXA Mandiri Financial Services
- DPLK PT Asuransi Jiwa Taspen*
- DPLK Syariah Muamalat
- DPLK Sinarmas MSIG
- DPLK Manulife Indonesia
- DPLK Generali Indonesia
- DPLK Bank Sulselbar
Sebagai catatan, DPLK Taspen Life baru saja didirikan yaitu pada akhir 2023 lalu.
Sinyal DPLK Terbaik?
Terus terang tidak mudah untuk menyebut mana DPLK yang bagus sehingga layak direkomendasikan.
Tapi opini pribadi saya, DPLK yang baik setidaknya perlu kriteria berikut ini:
Pertama, mudah mendaftar sebagai peserta, kemudian nggak repot juga buat membayar iuran, dan nantinya saldo DPLK juga mudah saat dicairkan.
Kedua, pilihan produk investasinya beragam, nggak terlalu banyak atau kelewat sedikit.
Biar apa? Supaya kita mudah menyesuaikan dengan profil risiko yang bersedia kita tanggung.
Termasuk gampang pula menukar pilihan produk investasinya kalo dalam perkembangannya kita nggak puas dengan kinerja produk yang sudah kita pilih.
Terakhir, pastinya kita ingin dana yang “dititipkan” di DPLK mampu memberikan tingkat keuntungan (return) investasi yang wajar.
Minimal, ya nggak kalah dengan inflasi.
Aset kelolaan
Besarnya dana yang dikelola mungkin mencerminkan kemampuan DPLK bersangkutan dalam menjaring peserta.
Artinya, banyak individu/perusahaan mempercayakan pengelolaan dana pensiunnya di DPLK tersebut.
Nah, kalau dilihat dari jumlah dana yang dikelola, sementara ini hanya ada 3 DPLK yang menerima peserta individu dengan aset lebih dari 10 triliun.
Berikut ini data dari laporan yang dirilis Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (PDPLK) pada tahun 2022:
DPLK | Aset | Market Share |
---|---|---|
DPLK BNI | 24,5 T | 21% |
DPLK BRI | 17,4 T | 15% |
DPLK AXA Mandiri | 11,9 T | 10% |
DPLK Indolife Pensiontama | 2,8 T | 2% |
DPLK Bank Jateng | 2,1 T | 2% |
DPLK Syariah Muamalat | 1,4 T | 1% |
DPLK BJB | 0,9 T | 0% |
DPLK Simas Jiwa | 0,4 T | 0% |
Kinerja Investasi
Tiap bulan pihak DPLK menerbitkan Fund Fact Sheet (FFS) untuk masing-masing produk investasi mereka.
Di dalam FFS inilah kita bisa melihat ringkasan produk investasi yang akan kita pilih, termasuk kinerja masa lalu (historis) dari produk tersebut.
Mirip dengan reksadana, DPLK juga menampilkan perkembangan produk investasi secara harian dalam bentuk Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang biasanya bisa diakses di website mereka.
Jadi?
Untuk mengetahui mana DPLK terbaik, minimal kita perlu membaca FFS tiap produk dan membandingkannya.
Untungnya, produk investasi DPLK tak sebanyak reksadana yang jumlahnya mencapai ribuan.
Jadi DPLK mana yang terbaik?
Menurut saya, DPLK terbaik adalah DPLK yang saat ini kita sudah menjadi pesertanya.
Apa pun itu.
Sama saja, mobil yang bagus adalah yang sudah ada digarasi dan jadi milik kita. Bukan yang masih dipajang di show room.
Begitu bukan?
Lebih penting lagi, DPLK terbaik adalah yang iurannya selalu kita setor rutin bahkan di top-up ekstra kalo lagi ada rezeki tambahan.
Dan kalo bisa saldonya jangan pernah bocor alias ditarik sebagian di tengah jalan.
Itulah yang terbaik sesungguhnya –menurut saya– untuk urusan dana pensiun.
Penutup
Kalo saya perhatikan, produk investasi yang ditawarkan DPLK itu tidak banyak variasinya.
Jadi di manapun kita membuka tabungan DPLK bisa jadi hasilnya nggak akan jauh beda.
Kalo pun kita merasa kurang puas — atas kinerja investasi atau pelayanan — di salah satu DPLK, sesuai aturan nanti dananya masih bisa kita alihkan ke DPLK yang lain.
Itulah yang akan saya lakukan untuk mencari DPLK terbaik.
Leave a Reply